Senin, 12 Juli 2010

Sosiologi Agama

PENDAHULUAN
Beberapa kejadian dimasyarakat sangat erat hubungannya dengan agama. Baik itu berupa ritual ke-agamaan tindakan social atau bahkan konflik antar kelompok (agama) tertentu. Hal ini memang oleh agama tertentu sangatlah dianjurkan salah satu semboyannya adalah: agama tidak hanya mengatur masalah-masalah ritual keagamaan saja (penyembahan,hubungan manusia dengan tuhannya )akan tetapi agama juga mengatur hubungan manusia dengan masalah-masalah social, kebudayaan yang telah ada disekitar lingkungannya. Gambaran diatas adalah merupakan fakta social yang coba diteliti oleh para ahli sosiologi dan pada akhirnya melahirkan sebuah disiplin keilmuan tersendiri berupa Sosiologi Agama.

PEMBAHASAN
A. Agama
Pengertian agama menurut Hendropuspito adalah: suatu jenis system social yang yang dibuat oleh para penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya. Dalam kamus sosiologi pengertian agama ada tiga macam (1) kepercayaan pada hal-ahal yang spiritual. (2) perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri. (3) ideologi yang bersifat supra natural.
Beberapa definisi diatas menggambarkan bahwa agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran para penganutnya ketika terjadi hal-hal yang diluar jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya yang supra-natural sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang non-empiris.

B. Fungsi Agama
Fungsi dari agama itu sendiri adalah berupa peran agama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul dimasyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, tentram, stabil dan lain sebagainya. Mnenurut Thomas F. O’Dea ada enam macam fungsi agama yaitu: 1)sebagai pendukung, pelipur lara dan perekonsiliasi, 2) sarana hubungan transcendental melalui pemujaan dan upacara peribadatan. 3) sebagai penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada. 4) pengoreksi fungsi yang sudah ada. 5) pemberi identitas diri. 6) pendewasaan agama . sedangkan menurut hendropuspito fungsi agama adalah sebagai pendidikan(education), penyelamatan( ), pengawasan social (social controlling) dan perubahan (tranformation).

C. SOSIOLOGI AGAMA
a. Pengertian
Menurut pandangan para sosiolog, agama yang terwujud dalam kehidupan masyarakat adalah fakta social. Sebagai fakta social agama dipelajari oleh sosiolog dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Disiplin ilmu yang digunakan oleh sosiolog dalam mempelajari masyarakat beragama adalah disebut Sosiologi Agama. Definisi tentang sosiologi agama menurut hendropuspito adalah sebagai berikut: sosiologi agama ialah suatu cabang dari sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah yang pasti demi kepentingan masyarakat agama sendiri dan masyarakat luas pada umumnya
b. Metode
Metode yang dipakai oleh sosiolog dalam meneliti agama adalah dengan menggunakan dua pendekatan ; 1)pendekatan teologis, 2) pendekatan keilmuan. 1-pendekatan teologis ,yaitu pendekatan kewahyuan atau keyakinan, Pendekatan ini biasanya dilakukan untuk kepentingan agama yang diyakini sipeneliti sendiri oleh karena itu sangat subyektif dan sarat dengan kepentingan. Jenis penelitian seperti ini biasanya dilakukan oleh para ulama’, pendeta dan para rahib. 2-pendekatan keilmuan, yaitu pendekatan yang memakai metodologi ilmiah, memakai aturan-aturan yang lazim dalam penelitian keilmuan. Pendekatan ini memakai metodologi tertentu yang diakui kebenarannya oleh dunia keilmuan, sistematis cara kerjanya, empiris, diambil dari dunia nyata bukan dari pemikiran atau angan-angan dan obyekti sesuai dengan fakta. karena sasaran ideal dari sosiologi agama adalah memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta agama, maka metode ilmiah berkehendak mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan kesangsian sistematis.

Selanjutnya ada dua bidang keilmuan yang dipakai dalam penelitian agama; Pertama,ilmu budaya, bidang ini menekankan pada pencarian informasi substansial objek penelitian. Subyek yang diteliti oleh ilmu budaya adalah segala hasil pemikiran manusia, baik yang tercatat dalam buku-buku atau yang tidak. Adapun bidang-bidan pengetahuan keahlian (disiplin) utama yang didasarkan atas penelitian budaya adalah: filsafat, ilmu agama, teologi, hukum, kesenian, sejarah, filologi dan kesusastraan.
Kedua, bidang ilmu social, bidang ilmu ini adalah penelitian ilmiah yang mempunyai aturan-aturan yang lazim yang harus diikuti oleh setiap peneliti. Yang menjadi obyek penelitian agama dengan memakai pendekatan ilmu social ini adalah keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam masyarakat pemeluk agama, yang merupakan proses terjadinya interaksi diantara anggota masyarakat, atau antara kelompok dalam suatu masyarakat beragama dengan masyarakat beragama yang lain Sebelum penelitian, harus dirumuskan terlebih dahulu metodologi apa yang akan digunakan dalam penelitian suatu subyek penelitian. Langkah penentuan masalah, pencarian konsep-konsep, perumusan hipotesis, pencarian data kelapangan serta kesimpulan yang diambil merupakan beberapa rangkaian system yang harus dilalui.
Sedangkan pendekatan yang dipakai untuk penelitian suatu agama dalam bidang ilmu social adalah bermacam-macam;
Pendekatan Sosiologis; yaitu pendekatan tentang interelasi agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi diantara mereka, menurut pendekatan sosiologi bahwa dorongan, gagasan dan lembaga agama adalah mempengaruhi. juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan social organisasi dan setratifikasi social. Tokoh yang pernah melakukan penelitian agama dengan menggunakan pendekatan ini adalah Emile Durkheim.
Pendekatan Antropologis: yaitu pendekatan kebudayaan; artinya agama dipandang sebagai bagian dari kebudayaan baik wujud ide maupun gagasan dianggap sebagai system norma dan nilai yang dimiliki oleh anggota masyarakat, yang mengikat seluruh anggota masyarakat. System budaya agama itu memberikan pola kepada seluruh tingkah laku anggota masyarakat, dan melahirkan hasil karya keagamaan yang berupa karya fisik, dari bangunan tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura dan kelenteng, sampai alat upacara yang sangat sederhana seperti tasbih, hioh atau kancing baju dan lain-lain. Tokoh yang pernah meneliti agama dengan menggunakan pendekatan ini adalah seperti Max Muller dan E.B.Tylor.
Pendekatan Psikologis: yaitu studi ilmiah mengenai agama ditinjau dari prepektif psikologis. Wilayah kajian utama yang menjadi bahan pendekatan ini adalah pengalaman religius dari kelompok individu atau social. Para peneliti mencari makna agama dalam setting psikologis, yaitu bagaimana keadaan hati manusia beragama yang terefleksikan kedalam tingkah laku keagamaan ataupun non-keagamaan. Tokoh yang pernah meneliti agama dengan menggunakan pendekatan ini adalah seperti Sigmund freud.
Pendekatan Historis: atau kesejarahan. Pendekatan ini menganut pandangan bahwa suatu fenomena religius bisa dipahami dengan mencoba menganalisis perkembangan segi historisnya. Dengan memperhatikan perkembangan prinsip-prinsip umum dari tingkah laku religius dan menghubungkan dengan kejadian-kejadian khusus dan tertentu, muncullah pola-pola kejadian yang menghasilkan prinsip-prinsip umum dari kejadian tadi.
Sejarah atau perjalanan hidup suatu agama disuatu daerah banyak meninggalkan beberapa barang-barang suci seperti sekumpulan teks-teks suci dan artefak(peninggalan benda-benda padat) yang berkaitan dengan keberadaan agama tersebut dengan metode sejarah, benda-benda tadi dapat diketahui arti dan maknanya, mengapa dan bagaimana keduanya saling berkaitan dengan latar belakag ajaran agama dan budaya yang melahirkannya.
Dalam melakukan analisis sejarah itu, peneliti harus memakai kacamata(frame of reference) orang-orang beragama, karena dengan bahasa itulah teks dana artefak dapat dipahami artinya sehingga dicapai pengertian yang berkaitan dengan asal-usul, pertumbuhan, perkembangan dan penyebaran agama-agama. Wilhelm Schmidt (1868-1954) adalah tokoh yang telah melakukan penelitian agama dengan menggunakan pendekatan kultu-historis Pendekatan fenomenologi: yaitu pendekatan yang menggunakan perbandingan sebagai sarana interpretasi yang utama untuk memahami arti dari ekspresi-ekspresi keagamaan, seperti persembahan, upacara keagamaan, makhluk ghaib dan lain-lain. Asumsi dasar dari pendekatan ini bahwa bentuk luar dari ungkapan manusia mempunyai pola atau konfigurasi kehidupan yang teratur yang dapat dilukiskan kerangkanya dengan menggunakan metode fenomenologi. pendekatan ini mencoba menemukan struktur yang mendasari fakta keagamaan dan memahami makna yang lebih dalam. Bidang studinya meliputi fakta religius yang bersifat subyektif, seperti pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan maksud-maksud dari seseorang yang di ungkapkan dalam tindakan-tindakan luar. Pemahaman beberapa ungkapan yang bersifat subyektif inilah yang membuat fakta menjadi suatu tindakan ibadah bukan sekedar gerakan-gerakan tanpa makna. Tujuan dari metode ini adalah menangkap apa makna lebih dalam dan intensonalitas dari data religius orang lain yang merupakan ekspresi-ekspresi dari pengalaman religius dan imannya yang lebih dalam. Metode ini mengungkap wilayah spiritual dan intelektual manusia.
c. Wilayah kajian Sosiologi Agama
Wilayah kajian sosiologi agama adalah wilayah atau lingkup wawasan agama yang bisa diteliti dengan metode ilmiah (scientific method); meliputi berbagai persoalan dan berbagai segi dalam kehidupan umat beragama .

KESIMPULAN
Para ahli sosiologi agama memandang agama sebagai suatu pengertian yang luas dan universal dari sudut pandangan sosiologis, bukan dari sudut pandang individual. Hal ini berarti sosiologi agama tidak hanya membicarakan suatu agama yang dianut oleh golongan tertentu, tapi semua agama dan disemua daerah di dunia tanpa memihak dan memilah-milah. Pengkajiannya bukan diarahkan dari bagaimana cara seseorang beragama, melainkan diarahkan kepada kehidupan agama dalam mengembangkan atau menghambat kelangsungan hidup dan pemeliharaan kelompok-kelompok masyarakat dan kepada peranan yang dimainkannya selama berabad-abad hingga sekarang.

PENUTUP

Demikian tadi makalah dari kami dan tentunya masih banyak kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik yang konstruktif sangatlah kami harapkan demi kesempurnaan makalah tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Khamad,Dadang, Dr.H Sosiologi Agama, Rosda Karya Bandung 2002
Hendropuspito, Sosiolog Agama, Karnisius, Yogjakarta 1998
Sukanto,Suryono, Kamus Sosiologi, PT.Raja Grafindo Persada Jakrarta 1993

Tidak ada komentar: